Langsa | REALITAS – Nobar dan Bedah Film 17 Surat Cinta di Aula Seuramo Teuhah yang digagas oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam – Lingkungan Hidup (MACOPALA) IAIN Langsa berlangsung dengan penuh antusiasme pada 27 November 2024 Rabu Malam. Kegiatan ini mengupas tuntas perjuangan masyarakat dalam mempertahankan Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang terancam perambahan.
Diskusi film ini menghadirkan Dr. Muslem, MA, sebagai pembedah utama. Dalam acara ini, Dr. Muslem, yang juga merupakan dosen komunikasi dan Ketua Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) IAIN Langsa, memberikan analisis mendalam terhadap pesan film yang menggambarkan perjuangan masyarakat mempertahankan Suaka Margasatwa Rawa Singkil.
Dalam pembedahannya, Dr. Muslem menyoroti esensi perjuangan yang diangkat dalam film garapan Dandhy Laksono dan Yusuf Priambodo ini. “Film ini bukan hanya tentang kerusakan lingkungan, tetapi juga simbol keberanian masyarakat yang tak henti-hentinya berjuang melawan kekuatan besar demi kelestarian hutan,” ujar Dr. Muslem di depan peserta diskusi yang hadir dengan antusias.
Dr. Muslem juga menggarisbawahi dampak nyata dari perambahan hutan yang telah berlangsung sejak 2019 hingga 2024, yang mengakibatkan hilangnya sekitar 2.000 hektare kawasan hutan konservasi.
Ia memuji langkah masyarakat yang tak hanya mengirimkan 17 surat kepada pemerintah pusat, tetapi juga datang langsung ke Jakarta untuk menyerahkan surat tersebut ke Sekretariat Negara. “Ini adalah bentuk komunikasi langsung yang luar biasa dari masyarakat kecil yang memiliki keberanian besar,” tambahnya.
Film 17 Surat Cinta dinilai berhasil memanfaatkan medium visual untuk menyampaikan pesan advokasi lingkungan secara emosional dan mendalam. “Dandhy Laksono menggunakan pendekatan dokumenter yang tajam, membawa isu lokal ke tingkat nasional, bahkan internasional. Ini adalah contoh bagaimana komunikasi melalui film dapat menjadi alat perjuangan,” ungkap Dr. Muslem.
Diskusi berlangsung dinamis, dengan peserta aktif berdialog mengenai tantangan dan peluang dalam menjaga Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Bang Munawir, pembina Macopala, mengapresiasi kehadiran Dr. Muslem yang mampu memberikan perspektif akademik sekaligus praktis.
“Analisis Dr. Muslem memberikan dimensi baru dalam memahami film ini. Beliau tidak hanya mengulas narasi film, tetapi juga menghubungkannya dengan realitas sosial yang ada,” ujar Bang Munawir.
Ketua Macopala, Mahesa, menyatakan rasa terima kasih kepada Dr. Muslem atas kontribusinya dalam acara ini. “Diskusi ini memberikan kami pemahaman lebih dalam tentang pentingnya advokasi lingkungan. Kehadiran Dr. Muslem menjadi nilai tambah yang sangat berarti,” katanya.
Dengan pembedahan yang dilakukan oleh Dr. Muslem, diskusi ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi terhadap karya dokumenter, tetapi juga mendorong kesadaran kolektif untuk terus berjuang demi kelestarian lingkungan, khususnya Suaka Margasatwa Rawa Singkil.(*)