Dunia Transportasi Berduka, China Aceh Owner Putra Pelangi Aceh Telah Tiada

oleh -6,359.579 views
Dunia Transportasi Berduka, China Aceh Owner Putra Pelangi Aceh Telah Tiada

Banda Aceh I Realitas – Dunia Transportasi Berduka, Rabu 11 Agustus 2021, siang kemarin, bak petir di siang bolong, sebagian temannya dalam wadah dunia transportasi di Aceh dan Medan terperanjat dan lemas begitu menerima berita seseorang rekannya telah meninggal dunia.

Rekan dimaksudkan tidak lain, yaitu Mahyudin Effedy pemilik PT. Putra Pelangi Perkasa Banda Aceh.

Saat dihubungi Zainuddin Amin pimpinan Banda Aceh membenarkan, “Bang Mayu telah meninggal tadi pagi di rumahnya di Jakarta. Kabarnya tidak ada sakit apa apa. Dia sehat saja, mungkin terlalu lelah selama ini”. ujarnya.

Berita duka meninggalnya Mahyudin Effendy, putra Tionghoa kelahiran dan besar di Kota Juang, Bireuen yang sangat kental ke-Acehannya dan fasih berbahasa lokal sekitar 70 tahun silam itu, segera menyebar di kalangan dunia transportasi di Aceh.

Saat ini tidak saja di kalangan pengusaha, crew armada saja, tapi juga meluas ke kalangan warga khususnya di Banda Aceh, Bireuen dan handai tolannya warga China Bireuen, Medan, Jakarta, Surabaya dan Malang, merasa kehilangan seorang Mayu.

Tauke Mayu, panggilan akrab warga Aceh itu sejak masa remaja sudah menapaki dunia pergulatan dalam bidang transportasi Aceh-Medan membantu menjalankan roda bus PMTOH milik abanynya. Kala itu antara akhir dan awal 1970-an komentar Mursil, Bupati Aceh Tamiang mengaku salah seorang teman akrabnya sejak 1980-an.

Mayu itu sejak usia muda sangat cerdik dan gesit. Di samping perannya sebagai cincu bus (Yang mengurus keuangan) di atas roda bus PMTOH abangnya, Dia juga menjalankan bisnis oli sepanjang jalan dari Medan-Banda Aceh-Meulaboh- Tapaktuan-Bakongan.

BACA JUGA :   Modus Penipuan Catut Nama Haji Uma Kembali Terjadi

Trayek rute normalnya harus ditempuh selama dua hari tiga malam ini dimanfaatkan betul sebagai bisnis sampingannya. Dari arah Bakongan ke Banda Aceh Dia mengangkut hasil bumi. Sementara dari Banda Aceh Dia membawa segala macam barang Jengek (Jenggo Ekonomi) jenis pecah belah dan elektronik asal dari Daerah Pelabuhan Bebas dan Perdagangan bebas Sabang.

Ayah tiga putra dan satu putri serta suami Nyonya Alang asal Kota Idi, Aceh Timur ini, selain fasih berbahasa Aceh juga bisa berkomunikasi dalam bahasa Aneuk Jamee, pesisir Barsela (Barat Selatan Aceh).

Hasil bisnisnya itu, Mayu memiliki empat bus merek PMTOH bersama teman Usman Ali salah seorang pengusaha muda Aceh di Medan.

BACA JUGA :   Antisipasi Praktik Curang Penjualan BBM, Polisi Cek SPBU

Tahun 1980-an perkongsian bus pada Firma PMTOH pecah dan Dia menggabungkan diri dalam wadah CV Melati di bawah pimpinan M. Syukur dan Anyu(adik Binsen pemilk HPH Dina Maju). Perusahaan ini ketika itu hanya mengelola khusus mobil labi-labi(Sudaco Red)saja di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Tauke muda Mayu bergabung dengan CV melati memasukkan 4 unit bus besar berbagasi atas jenis kepala tong merek Chevrolet. Kempat bus ini adalah eks PMTOH route Bakongan -Banda Aceh-Medan pulang pergi. Sekalian merubah warna catnya. Waktu itu jalur darat Barsela ke Sidikalang, Sumut belum tembus.

Bersama M.Syukur asal Surway, Aceh Tamiang usahanya terus melejit dan 1990an mendirikan CV Pelangi hingga 2012. Meninggal partner dagangnya M.Syukur 2012, ia menaik dari CV pelangi. CV Pelangi menjadi PT New Pelangi, sedangkan Mayu mendirikan PT Putra Pelangi Perkasa.

Atas bantuan rekan lamanya seorang wartawan Aceh seluruh proses perizinan hingga peng kaplingan awal plat nomor BL berkepala 7501AA-7550 AA, semua berjalan mulus. Padahal sebelumnya sulit sekali keluar rekomendasi diduga dijegal terus oleh saingan dagangnya. (ADN)