Manisnya Kopi Menemani Damainya Desa Baling Karang
Oleh: Sari Maulia Mahasiswi Program Studi Perbankan Syariah IAIN Langsa
Pada jum’at pagi yang cerah ketika saya dan teman- teman saya berjalan menyusuri sebuah desa yang damai layaknya surga tersembunyi desa tersebut bernama desa Baling Karang tepatnya di dusun Pulau Kambing yang terletak di atas perbukitan.
Saat menyusuri dusun tersebut kita dapat melihat pohon-pohon kopi di sepanjang jalan saat kita melintasi dusun tersebut seketika dunia terasa sangat begitu damai.
Pada pagi yang cerah itu saya menelusuri dusun pulau kambing sambil menyapa para warga disekitar saya berjalan. Bertemulah saya dengan warga yang bernama ibu Cut Rohaniyah yang berusia 40 tahun dan bapak Ridwan yang
berusia 42 tahun pada saat saya melintasi rumah mereka kebetulan mereka sedang bersiap siap untuk menggongseng biji kopi yang nantinya akan dijadikan bubuk kopi, seketika saya langsung menawarkan diri untuk membantu kegiatan tersebut.
Nah, sambil menyiapkan api dan wadah untuk menggongseng biji kopi saya pun sambil berbincang dengan ibu cut rohaniyah tentang bagaimana proses pembuatan kopi dan berapa harga kopi yang telah jadi bubuk. Buk Cut Rohaniyah berkata bahwasannya kopi yang ditanam ditempat tersebut bernama kopi Geste.
Harga satu kilogram kopi yang langsung dari tempat penumbukannya yaitu Rp.30.000, tetapi apabila kopi sudah sampai di kedai-kedai kecil maka harga satu kilogram nya yaitu Rp.34.000. Langkah pembuatannya yaitu dimulai dari
mengutipan biji kopi, selanjutnya biji kopi langsung dijemur, dan ada juga sebagian yang menumbuk biji kopi telebih dahulu sebelum dijemur agar lebih cepat kering. Kemudian baru ditampi untuk memisahkan antar biji dengan kulit kopinya.
Setelah biji kopi dan kulitnya terpisah langkah selanjutnya yaitu menggongseng biji kopi. Biji kopi biasanya digongseng dengan campuran biji coklat atau pun beras hal ini bertujuan agar rasa kopi menjadi lebih lemak dan
nikmat. yang mana kebetulan pada saat itu kami memilih beras sebagai campuran biji kopi, pertama-tama beras harus digogseng terlebih dahulu sampai warnanya.
sedikit menghitam barulah dicampur sama biji kopi dan terus digongseng sampai warna nya menjadi hitam pekat.
Setelah biji kopi berubah warna menjadi hitam pekat maka langkah selanjutnya yaitu mendiamkan biji kopi telebih dahulu agar menjadi dingin, proses mendinginkan biji kopi ini sekitaran 2 sampai 3 jam.
Setelah biji kopi dingin maka selanjutnya biji kopi ditumbuk dengan alat tradisional yang bernama Jeungki atau sering disebut Jingki. Jingki ini merupakan sebuah alat tradisional yang terbuat dari kayu pilihan yang digunakan masyarakat aceh untuk menumbuk padi menjadi beras atau menubuk beras menjadi tepung pada era sebelum 1990. Dan juga bisa digunakan untuk menumbuk biji kopi agar menjadi bubuk kopi.
Alat ini digunakan dengan cara digerakkan dengan kaki pada titik tumpu lebih keujung pengungkit sehingga memberi pukulan lebih keras. Diujung pengungkit dipasang suatu kerangka terdiri atas dua bagian tegak lurus yang dihubungkan oleh kayu penggerak horizontal sehingga jeungki akan naik turun. Diujung sisi lain tempat dipasangkan alu (alee dalam bahasa aceh) untuk menumbuk lesung.
Setelah biji kopi ditumbuk dengan jingki sampai halus selanjutnya bubuk kopi di sangrai untuk memisahkan antara bubuk kopi yang sudah halus dengan bubuk kopi yang belum terlalu halus.