Blangpidie | Realitas- Puluhan hektare (ha) sawah petani di Desa Padang Baru, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) sulit mendapatkan air akibat ambruknya saluran Tersier Irigasi ke dalam Krueng (Sungai) Susoh pada awal Januari 2018 lalu.
Pada lokasi lahan sawah tersebut, sebagian besar petani sudah menanami padi untuk Musim Tanam (MT) Rendengan 2017-2018. Sedangkan untuk lahan yang sedang diolah menggunakan handtraktor tidak bisa ditanami padi lantaran pasokan air tidak cukup sehingga permukaan sawah menimbulkan keretakan.
![](https://i0.wp.com/mediarealitas.com/wp-content/uploads/2018/01/IMG_20180125_113737-1024x1024.jpg?resize=1024%2C1024)
”Karena tidak ada air, maka sawah yang sudah tergarap tidak bisa untuk ditanami padi. Kemungkinan akan kita olah ketanaman lain, kata Madi salah satu petani yang sedang melintasi areal persawahan Desa Padang Baru, Susoh, Kamis (25/1/2018).
Suplai air kedalam sawah petani ini, lanjut Madi, kemungkinan akan sulit untuk teraliri karena banyak jaringan saluran yang telah hancur akibat ambruknya tebing Krueng Susoh. Erosi sungai tersebut justru telah merusak jaringan untuk mengaliri air ke sawah petani lainnya.
“Saluran yang patah terpaksa disambung menggunakan drum bekas yang ditompangi susunan karung berisi pasir serta bambu untuk antisipasi secara darurat. Sayangnya, jika air didalam sungai meluap, kemungkinan besar akan hancur kembali, tuturnya singkat.
Sementara itu, Sulaiman petani lainnya meminta agar pemerintah segera membangun tebing pengaman sungai diskitar areal sawah petani. Jika tebing pengaman tidak terbangun, maka sawah petani akan ikut ambruk kedasar sungai, ujarnya.
Kemudian, kata Sulaiman, mesin pompa air yang ada tidak sanggup menyuplai banyak air kedalam sawah petani hingga merata. Pasalnya, petani setempat juga terkendala pesediaan minyak untuk menghidupkan mesin.
Maklumlah kami ini hanya petani biasa yang menggarap lahan sendiri bahkan menyewa lahan orang lain. Terkadang untuk menghidupkan mesin tersebut kami tidak memiliki biaya, pungkasnya.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpan) Abdya, Ir Muslim Hasan mengaku kalau perencanaan pembangunan jaringan saluran tersier itu memang sudah dirancang. Usulannya terkendala karena pengesahan anggaran untuk tahun 2018 sudah selesai. Jadi kita akan usulkan pada tahap selanjutnya nanti, ungkap Muslim yang dihubungi terpisah.
Meskipun begitu, lanjut Muslim. Pembangunan jaringan tersier dimaksud juga harus didukung dengan pembangunan tebing pengaman sungai yang leding sektornya ada pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) setempat. Tujuannya, agar jaringan tersier yang bakal dibangun tidak ambruk lagi.
“Sebelum saluran tersier itu dibangun, perlu dilakukan penanganan terlebih dahulu pada dinding sungai agar tidak erosi. Kalau tidak, bangunan tersier akan sia-sia saja, lanjutnya.
Disamping itu, tambah Muslim, pihaknya akan tetap melakukan koordinasi dengan DPUPR Abdya mengenai langkah kedepan untuk pembangunan jaringa tersier tersebut agar aman dari hantaman arus air. Kita akan koordinasi nanti, singkatnya.
Mengenai penanganan secara daerurat, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Abdya, Amiruddin yang dihubungi wartawan, mengaku sudah memberikan satu jerigen minyak untuk menghidupkan dua unit mesin pompa air yang disalurkan pihaknya kepada petani setempat. Kita sudah berikan minyak kepada petani sesuai dengan kemampuan. Semoga saja petani setempat bisa mengaliri air kedalam sawah mereka, demikian singkatnya. (R-Zal)