Pekanbaru | REALITAS – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bertindak sigap menghadapi lonjakan harga cabai merah yang memicu inflasi di wilayah Riau pada September 2025.
Menyusul lonjakan inflasi yang mencapai 5,08 persen (YoY) pada September 2025, Pemprov Riau bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) langsung turun tangan melakukan intervensi pasar melalui operasi pasar dan gerakan pangan murah di lima titik strategis di wilayah Riau.
Kenaikan harga cabai tidak hanya dirasakan di Riau. Sejumlah daerah di Sumatera, seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara yang dikenal sebagai sentra produksi cabai juga mengalami situasi serupa. Fenomena ini membuat “pedasnya” harga cabai terasa hingga ke dapur masyarakat lintas provinsi.
Menjawab kondisi tersebut, TPID Riau menggelar kegiatan pasar murah sebagai langkah konkret untuk menekan harga dan menjaga stabilitas kebutuhan pokok. Dalam upaya ini, BUMD Riau Pangan Bertuah dilibatkan secara langsung dengan menyalurkan satu ton cabai merah ke sejumlah pasar tradisional di Pekanbaru dan kabupaten/kota lain di Riau.
Langkah intervensi ini diharapkan mampu menekan harga di tingkat konsumen, sekaligus memberi ruang napas bagi masyarakat yang terdampak kenaikan harga bahan pangan strategis tersebut. Selain itu, operasi pasar juga menjadi bukti nyata kehadiran pemerintah di tengah masyarakat dalam menjaga daya beli dan kestabilan ekonomi daerah.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Riau, Drs. H. Helmi D, M.Pd., mengungkapkan bahwa tren kenaikan harga cabai kali ini memang melanda hampir seluruh wilayah Sumatera.
“Cabai menjadi pemicu utama inflasi, bukan hanya di Riau, tapi juga di Sumatera Barat dan Sumatera Utara yang justru merupakan daerah penghasil cabai. Inflasi di dua provinsi tersebut pun tercatat tinggi,” ujar Helmi.
Sebagai langkah konkret menekan lonjakan harga tersebut, Pemprov Riau bersama sejumlah instansi terkait melakukan intervensi pasar melalui operasi pasar dan gerakan pangan murah di berbagai titik strategis. Upaya ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan pasokan serta menstabilkan harga di tingkat konsumen.
“Kegiatan serupa ini akan kembali kita laksanakan pada lusa Kamis tanggal 9 Oktober, sebagai bagian dari rangkaian aksi nyata TPID Riau. Kami ingin memperluas jangkauan distribusi bahan pangan, agar masyarakat di seluruh wilayah bisa mendapatkan harga yang wajar dan terjangkau,” tutup Asisten II Setdaprov Riau.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (PTPH) Provinsi Riau, Wiwik Suryani, S.STP., M.Si, menyebutkan bahwa komoditas cabai merah menjadi penyumbang utama inflasi, tidak hanya di Riau, tetapi juga di berbagai provinsi di Sumatera, termasuk daerah pemasok seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
“Kenaikan harga cabai tidak hanya terjadi di Riau, tetapi juga di provinsi penghasil. Karena itu, kami mengambil langkah cepat untuk melakukan intervensi langsung di pasar. Dengan intervensi ini, kami berharap harga cabai bisa terkendali dan segera kembali stabil,” ujar Wiwik.
Operasi pasar kali ini digelar serentak di lima lokasi utama, yakni Pasar Sukaramai, Pasar Cik Puan, Pasar Pagi Arengka, Pasar Dupa, dan Pasar Raya Bangkinang. Melalui kegiatan ini, sebanyak 1 ton cabai didistribusikan ke pasar-pasar tersebut dengan harga jual Rp69.000 per kilogram, jauh di bawah harga pasar saat ini.
“Langkah cepat ini merupakan hasil kolaborasi erat antara TPID Provinsi Riau yang dipimpin oleh Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setdaprov Riau, Dinas PTPH Riau, Satgas Pangan Polda Riau, serta BUMD Pangan PT Riau Pangan Bertuah,” tutup Wiwik. (M.Y)