Figur Pemimpin Impian PT.Perkebunan Nusantara I Perusahaan BUMN Kebanggaan Masyarakat Aceh

oleh -446.579 views

Sekedar mengenal model kepemimpinan yang diimpikan masyarakat Aceh. Prinsip-prinsip kepemimpinan itu diantaranya, (1).Masyarakat Aceh tidak mengenal istilah di satu kampung dua pemimpinnya, guna menghindarkan terjadinya silang sengketa pendapat dan kepentingan yang dapat berakibat terjadi perpecahan yang menjadi pemicu disharmonis dan disintegrasi, (2).Syarat menjadi pemimpin adalah dengan konsep bahwa pemimpin harus memenuhi syarat baik keturunannya, baik sifatnya, cerdas, beragama, beradat, dan beradab serta terkendali emosinya serta mampu mencermati setiap permasalahan, (3).Pemimpin yang mempunyai karakter mengayomi, melindungi dan mendidik bukan dengan perilaku emosional dengan memaki orang orang disekitarnya hanya untuk menutupi kelemahan dan kebodohannya sendiri.

Impian masyarakat Aceh adalah kehadiran seorang pemimpin yang peduli terhadap rakyat dalam segala bidang kehidupan dan tentu sudah termasuk pemimpin organisasi yang peduli terhadap anggotanya atau pemimpin perusahaan yang peduli terhadap karyawannya begitu juga dengan pemimpin suatu lembaga yang berada di Aceh.

Pemimpin yang mampu menjalankan amanah tersebut, dengan sendirinya rakyat atau apakah itu anggota organisasi atau karyawan pada suatu perusahaan akan menaruh kasih dan perduli kepada pemimpinnya, mengikutinya dan menyerahkan semua urusan kepemimpinan kepada pemimpinnya. Ini Khas Masyarakat Aceh Loen Sayang.

Bagaimana apabila kehadiran pemimpin yang tidak memahami pola kehidupan masyarakat Aceh maka dengan ini akan segera berdampak terhadap pemimpin itu sendiri.

Mari kita intip uji analisis sederhana ini.
Pola dan strategi menggapai kedudukan pada suatu jabatan yang mengandalkan keahlian busuk membusuki dan tebar pesona senyuman manis guna menggapai jabatan tertentu adalah pasti sangat mungkin diraih.

Suatu analisis tentu membutuhkan objek untuk dijadikan sebagai uji analisis dan uji dikonsentrasikan pada pola kepemimpinan di satu perusahaan perkebunan BUMN yang berada di Aceh di awal tahun 2018 dan uji analisis ini dipublikasi dengan mengandalkan keterbukaan dan bukti publik, setiap kritik bermakna silahkan dinyatakan pada kolom komentar yang tersedia.

Apa yang terjadi saat pemimpin menerapkan pola feodalis berbau diktator, sombong, marah hanya untuk secuil kritik, tidak mau mendengar pendapat orang lain atau bawahannya, hanya mengandalkan informasi dari orang-orang terdekat yang disenanginya yang sibuk menjilatnya, yang tidak disadarinya bahwa dia telah terjerumus dan termakan kata-kata sejuk yang membawanya ke jurang keterpurukannya.

Inilah suatu model pemimpin yang sangat bermimpi mendapatkan sajian sanjungan dengan tujuan menemukan wibawa yang tidak pernah dimiliki selama hidupnya untuk dapat diimplementasikan dan diandalkannya di saat pidato atau berada ditengah publik, namun tidak pernah murni terpatri dalam jiwanya, model pemimpin yang seperti ini hanya ditakuti sebab sewaktu waktu pemimpin seperti ini sampai hati menggunakan tangan besi untuk merubah posisi, jabatan dan mengandalkan mutasi untuk menakut nakuti orang orang yang dipimpinnya dan mengutamakan kesenangan untuk orang orang yang mendukung pola kepemimpinannya adalah Model pimpinan tanpa kecerdasan dan iman !!

Konflik internal terlihat jelas dan dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita, terutama di tempat kerja dan sepertinya hampir pasti atau mungkin saja tidak mustahil telah terjadi di suatu perusahaan BUMN yang berada di Aceh dan sedang menjadi objek uji analisis ini.

Kondisi ini sangat menguntungkan untuk para penjilat, akan tetapi sangat merugikan untuk orang-orang atau karyawan yang tidak sependapat dengan gaya kepemimpinannya.

Orang-orang yang tidak sependapat ini dicatat sebagai pelaku makar yang mampu mengancam “kerajaannya” yang dipimpinnya dan apabila tiba masanya untuk kemudian ditindak dengan jentiknya.

Akibat terburuk adalah karakter karyawan yang berwawasan dan berkinerja segera dilibas dan disingkirkan, diberikan hadiah istimewa dengan perlakuan diskriminasi dan lebih celaka berlaku hukum alam yang diciptakannya sendiri “kriminalisasi dengan tendangan pojok keluar arena”.

Model pemimpin yang memiliki kelebihan sejak lahir dengan sifat egois dan sombong, merasa paling pandai pidato dan teknik berbicara yang paling elegan, otoriter, mengancam, merampas yang bukan haknya, kapitalis, feodalis, memfitnah, provokator, monopoli dan licik, senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang,  berkhianat atas amanah yang dipercayakan kepadanya adalah tidak sesuai berdiri tegak di tengah masyarakat Aceh.

Meski amat langka menemui karakter pemimpin yang karismatik dan demokratis, namun masyarakat Aceh tetap memiliki impian untuk menemukan pimpinan dengan model yang sesuai.

Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW menjadi pembelajaran, Terkecuali, berkarisma, demokratis, jujur, adil, amanah. Kita sebagai umat Muhammad SAW sepertinya mustahil akan mampu mengikuti pola kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Mengapa ?

Sedikit menyimak model kepemimpinan strategis Rasulullah SAW dari pada pemimpin-pemimpin yang lebih mengutamakan pangkat dan berebut tingkat kedudukan serta harta untuk tujuan hasratnya, sehingga mereka dapat menjalankan segala keinginan mereka sesuai hawa nafsu yang menjadi andalannya.

Sekiranya menjadi inspirasi pemimpin dalam memberi kebijakan kepada orang yang tepat untuk memegang amanah suatu jabatan, mengutamakan kompetensi, kredibilitas, kapasitas, intelektualitas, elektabilitas bukan berdasar “suka tidak suka” bahkan pola “jilat menjilat” terlebih mendahulukan “busuk membusuki” atas kepemimpinan yang lampau untuk memonopoli prestasi dan menyatakan bahwa kepemimpinannya telah paling benar dan sukses memimpin dalam waktu sekejap sedangkan pemimpin yang lampau tidak ada apa-apanya dibandingkan kepemimpinannya.

Pokoknya kepemimpinannya harus eksis didengar kementrian BUMN untuk mendapat tepuk tangan dan jempol. Padahal kepemimpinannya disaat ini adalah meneruskan kepemimpinan orang orang yang telah berjasa dimasa lampau. Hasil atau produksi yang diperolehnya saat ini adalah jerih payah usaha dari pemimpin di masa lampau.

Semestinya pemimpin seperti ini perlu mengasah kecerdasannya dengan membaca sejarah yakni Pada peringatan hari pahlawan 10 November 1961, Ir.Soekarno berkata bahwa “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya”.

Semestinya kita mengingat dan menghargai atas jasa pemimpin dimasa lampau, bukan dengan cara busuk membusukinya untuk tujuan tersembunyi memonopoli kinerja dimasa lampau untuk diandalkan menjadi prestasi kepemimpinannya saat ini. Sampai hati !!

Sepertinya memang mustahil menemukan model pemimpin memiliki sifat kenabian, setidaknya mendekati saja sudah cukup sebagai syarat memimpin agar suasana tempat kerja lebih kondusif.

Dan setiap kita adalah pemimpin setidaknya atas diri kita sendiri, mari kita bersama sedikit mengulas dan mengenal sifat kepemimpinan Rasulullah SAW:
Shiddiq dipahamkan artinya Benar, Bukan hanya perkataannya yang benar atau pidatonya mantap, tapi juga perbuatannya semestinya benar, sejalan dengan ucapan pidatonya, terbukti senyumannya.

Beda sekali dengan pemimpin yang ahli menebar senyuman manis dibibir, tegur sapa yang merayu namun khianat, perbuatannya berbeda dengan pidatonya.

Tabligh dipahamkan artinya menyampaikan, lebih memberi pedoman bagi seorang pemimpin sehingga komunikatif dengan sikap transparansi dalam kaitannya dengan cara  mempertanggung jawabkan sesuatu di hadapan orang lain.

Ciri kekuatan komunikasi seorang pemimpin adalah keberaniannya menyatakan kebenaran meskipun konsekwensinya berat, tegas pada orang yang melanggar aturan, namun sangat lembut dan memaafkan bila ada kesalahan orang lain yang menyangkut dirinya sendiri, Tabligh dapat dipahamkan dengan menggunakan istilah “Sampaikanlah kebenaran meskipun pahit rasanya.”

Amanah dipahamkan artinya bisa dipercaya. Jika suatu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sebagai contoh tidak melakukan memanipulasi laporan, mengamprah pekerjaan yang belum tuntas.

Fathonah, dipahamkan artinya kecerdasan, seorang pemimpin harus memiliki emosi yang stabil, tidak gampang berubah dalam dua keadaan, baik itu dimasa jaya atau dalam keadaan terpuruk.

Menyelesaikan masalah dengan tangkas dan bijaksana, mengetahui dengan jelas apa akar permasalahan yang sedang dihadapi serta tindakan apa yang harus dia ambil untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

Pemimpin harus mampu memahami betul apa saja bagian-bagian dalam sistem suatu perusahaan atau organisasi/lembaga dan harus mengenal adat istiadat lingkungan masyarakat, kemudian ia menyelaraskan bagian-bagian tersebut agar sesuai dengan strategi untuk mencapai sisi yang telah ditentukan.

Seorang pemimpin harus memahami sifat pekerjaan atau tugas yang diembannya, Serta mampu memberikan keputusan secara tepat dan benar.

Setiap kita adalah pemimpin setidaknya atas diri kita sendiri, Setiap kita adalah bertanggung jawab atas perbuatan kita sendiri setidaknya dihadapan Allah SWT.

Kiranya uji analisis sederhana ini bermakna sehingga memberi kita semua pembelajaran dari sifat kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW, Sehingga kita mampu menggapai cita meraih High Performance terlebih selamat di dunia dan kelak diakhirat.

Dan kiranya PT.Perkebunan Nusantara I Aceh Perusahaan BUMN kebanggaan masyarakat Aceh segera menemukan dan mendapat pimpinan dengan figur kepemimpinan “Karismatik dan Demokratis”.

Analisis Ini Dihadiahkan Khusus untuk Masyarakat Aceh dan Sebagai Tanda Mata untuk Pimpinan PTP-N I Dimasa Lampau dan untuk Figur Pemimpin Impian PTP-N I Guna Pencapaian Kinerja Tinggi Dimasa yang Akan Datang yang Mampu Bersinergi dengan Pemerintah Aceh.(Ditulis Oleh Cut Seiya Bara)