Kuala Pangoh | REALITAS – sebuah desa terpencil yang terletak di wilayah perbukitan Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur, hingga saat ini masih menghadapi persoalan serius. Akses jalan utama yang rusak berat dan aktivitas serta kualitas pendidikan dasar yang terdampak langsung akibat minimnya tenaga pengajar lokal.

“Pendidikan adalah masa depan anak-anak didesa kami. Tapi bagaimana bisa berkembang jika jalannya rusak dan gurunya tidak bisa hadir jika akses tersebut tidak bisa dilewati?” keluh Samuda Rata, salah satu pemuda setempat yang telah melalui proses pendidikan di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Kondisi jalan yang memprihatinkan ini juga sangat berdampak pada dunia pendidikan. SD Negeri 1 Kuala Pangoh 1, satu-satunya sekolah dasar di desa tersebut, saat ini hampir seluruh gurunya berasal dari luar desa. Mereka harus menempuh perjalanan jauh setiap hari. Ketika cuaca buruk dan jalan tak bisa dilewati, proses belajar-mengajar kerap terganggu atau bahkan diliburkan.
“Kalau hujan deras tidak perlu waktu lama bahkan hanya kurang dari satu jam, jalan pasti becek parah. Kadang kami tidak bisa mengeluarkan kendaraan selama dua-tiga hari dari desa. Bahkan para dewan guru tidak bisa datang kesekolah karena akses jalan yang tidak bisa dilewati kendaraan,” ujar Arliman, ketua pemuda setempat.
Satu-satunya jalan yang menghubungkan desa kuala panggoh 1 dengan jalan kecamatan hanya berupa jalan tanah dan batu yang belum pernah tersentuh pengaspalan. Saat musim hujan, jalan tersebut berubah menjadi lumpur licin dan berlubang, sementara di musim kemarau tebalnya debu dan permukaan jalan yang bergelombang menyulitkan kendaraan lewat. Warga kerap harus mendorong sepeda motor atau berjalan kaki menembus medan berat untuk keluar desa.
“Kami ingin mengabdi, tapi tantangan medan dan fasilitas sangat berat. Kadang kami harus jalan kaki satu hingga dua jam dari jalan utama kecamatan ke sekolah,” ungkap salah satu dewan guru yang mengajar di sekolah tersebut.
Kondisi ini sudah lama dikeluhkan warga dan perangkat desa. Pemerintah desa mengaku telah beberapa kali mengajukan proposal perbaikan jalan dan permintaan penempatan guru tetap kepada dinas terkait, namun hingga saat ini belum ada realisasi.
Warga berharap pemerintah kabupaten dan provinsi segera merespons keluhan ini dengan tindakan nyata. Perbaikan akses jalan menjadi kebutuhan mendesak bukan hanya untuk kelancaran ekonomi, tetapi juga untuk keberlangsungan pendidikan dan masa depan generasi muda di pedalaman.
“Tempat tinggal kami memang daerah pedalaman, tapi kami juga butuh akses jalan yang bagus untuk kelancaran ekonomi petani desa kami dan untuk keberlasungan pendidikan anak anak di desa kami, besar harapan kami untuk pemerintah kabupaten maupun provinsi agar merespons keluhan ini dengan tindakan yang nyata”, tutup Samuda Rata yang merupakan mantan Presiden Mahasiswa Universitas Syiah Kuala 2024.(*)