Penyebab Tewasnya Taruna STIP Jakarta

oleh -62.579 views
Polisi Pastikan Siswa STIP Yang Meninggal karena Pukulan Benda Tumpul
Polres Metro Jakarta Utara memastikan siswa di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta berinisial P (19) meninggal dunia karena pukulan benda tumpul.(Foto Net)

Jakarta | MEDIAREALITAS – Terungkap penyebab tewasnya taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Jakarta bernama Putu Satria Ananta Rustika (19).

Korban tewas dianiaya senior di dalam toilet lantai 2 gedung STIP Jakarta pada Jumat 03 Mei 2024 sekitar pukul 08.00 WIB.

Korban sempat dilarikan ke klinik kampus, namun nyawanya tak tertolong.

Polres Metro Jakarta Utara menetapkan senior korban yang bernama Tegar Rafi Sanjaya (21) sebagai tersangka kasus penganiayaan yang mengakibatkan kematian.

Tersangka dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolres Metro Jakarta Utara, Sabtu 04 Mei 2024 malam.

Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, mengatakan Tegar memukul korban sebanyak lima kali ke arah ulu hatinya.

“Kami menyimpulkan tersangka tunggal di dalam proses atau peristiwa pidana ini yaitu saudara TRS, salah satu taruna STIP tingkat 2,” paparnya.

Berdasarkan hasil autopsi, pukulan korban mengakibatkan pecahnya jaringan paru-paru.

Selain itu, upaya pertolongan pertama yang dilakukan tersangka tidak sesuai prosedur sehingga mengakibatkan korban meninggal.

“Ketika dilakukan upaya, menurut tersangka ini adalah penyelamatan, di bagian mulut, sehingga itu menutup oksigen, saluran pernapasan, kemudian mengakibatkan organ vital tidak mendapat asupan oksigen sehingga menyebabkan kematian,” tuturnya.

Ia menerangkan tersangka sempat panik dan berupaya melakukan pertolongan pertama dengan cara memasukkan tangannya ke dalam mulut korban upaya tersebut justru berakibat fatal.

“Jadi luka yang di paru itu mempercepat proses kematian, sementara yang menyebabkan kematiannya justru setelah melihat korban pingsan atau tidak berdaya, sehingga panik kemudian dilakukan upaya-upaya penyelamatan yang tidak sesuai prosedur,” tegasnya.

Kasus penganiayaan berawal ketika korban dan empat rekannya turun ke lantai 2 setelah mengecek ruangan kelas.

Di sana tersangka dan empat rekannya memanggil korban dan menanyakan alasan masih mengenakan baju olahraga.

“Pelaku bersama empat rekannya, mereka menyebut sebagai tradisinya taruna.”

“Ada penindakan terhadap junior, karena dilihat ada yang salah menurut persepsinya senior, sehingga dikumpulkan di kamar mandi,” bebernya.

Saat kejadian total ada 10 orang terdiri dari korban dan empat rekannya serta pelaku dan empat rekannya.

Putu Satria menjadi orang pertama yang dihukum pukulan.

Lantaran korban langsung pingsan seusai dipukul, empat rekannya tak mendapat hukuman.

“Yang dikumpulkan di kamar mandi ini ada lima orang. Nah, korban ini adalah orang yang mendapatkan pemukulan pertama dan yang empat belum sempat,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua STIP Jakarta, Ahmad Wahid, menyatakan kasus penganiayaan yang mengakibatkan kematian di luar kuasa kampus.

Ia menyampaikan pelaku memukul korban karena masalah pribadi bukan dalam kegiatan kampus.

“Itu di luar kuasa kita, karena tadi tidak ada dalam program kita.”

“Budaya itu (perpeloncoan) sudah kita hilangkan, jadi ini murni person to person,” ucapnya.

Selama menjabat sebagai Ketua STIP Jakarta, dirinya sudah menghapus perpeloncoan dan senioritas.

“Karena itu (perpeloncoan) penyakit turun temurun saya sendiri sudah setahun di sini saya hapus semua itu nggak ada,” tukasnya.

Pihaknya menyerahkan kasus ini ke kepolisian dan berjanji akan memberi sanksi tegas kepada pelaku.

“Yang jelas terduga pelaku sanksinya kita keluarkan, karena sesuai tata tertib taruna yang berlaku bersalah karena kekerasan kalo terbukti akan kita berikan sanksi,” pungkasnya.(*)

Sumber: Trb