Manajemen BUMN Perkebunan di Tangan Pimpinan Milenial Perspektif Buruh

oleh -309.579 views

Manajemen BUMN Perkebunan di Tangan Pimpinan Milenial Perspektif Buruh.

Indonesia merupakan negara agraris yang dibuktikan dengan banyaknya penduduk dengan mata pencaharian sebagai petani pekebun atau bercocok tana,.

Kegiatan usaha pertanian atau perkebunan (petani pekebun) tersebut dilaksanakan secara pribadi maupun dalam bentuk badan usaha baik, milik perorangan, swasta, BUMD maupun BUMN. Salah satunya adalah BUMN Sektor Perkebunan, sabtu 09/05/2020

Penguasaan areal untuk usaha sektor pertanian atau perkebunan tersebut, berupa pemberian Hak Guna Usaha (HGU) dari negara dengan masa berlaku sertifikat HGU yang pertama kali adalah 35 tahun, dan dapat diperpanjang selama 25 tahun untuk periode berikutnya.

Bagaimana pengelolaan perkebunan di Tanah Air seperti harapan masyarakat Indonesia di era milenial saat ini, berikut wawancara wartawan Harian Suara Merdeka <B>Surya Yuli Purwariyanto<P> dengan <B>Dr Budiyono SH MH<P>, Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Perkebunan IX Tanaman Tahunan – PT Perkebunan Nusantara IX Jawa Tengah.

Bagaimana Perkembangan BUMN Sektor Perkebunan di Indonesia?

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sektor Perkebunan yang ada saat ini, merupakan peninggalan Belanda atas hasil Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Belanda.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 86/1958 dan Peraturan Pemerintah Nomor 23/1958 yang menyatakan bahwa, perusahaan-perusahaan Belanda yang telah dinasionalisasi menjadi milik pemerintah RI.

Telah terjadi beberapa kali transformasi di tubuh BUMN Perkebunan ini, yang diawali setelah proses nasionalisasi perusahaan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN), pada tahun 1968 berubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP), tahun 1974 berubah menjadi PT Perkebunan (Persero), tahun 1996 menjadi PT Perkebunan Nusantara (Persero), dan terakhir berdasarkan PP Nomor : 72 tahun 2014, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) ditetapkan menjadi satu-satunya BUMN Perkebunan yang memiliki Anak Perusahaan PT Perkebunan Nusantara I, II, IV s,d XIV (Persero).

Apakah perlu modernisasi dan transformasi manajemen serta SDM di Perkebunan?

Tentu sangat diperlukan. Transformasi BUMN Perkebunan tersebut tidak luput dari pengaruh perkembangan zaman yang menuntut suatu perusahaan harus mau beradaptasi dan menyesuaikan dengan kondisi terkini, agar dapat bertahan dan berkelanjutan (sustainable).

Pada zaman kolonial, yang namanya tuan besar (Administrateur) dan tuan-tuan kecil (Opzichter atau Asisten) merupakan lapisan atas yang memandang rendah para pekerja pribumi yang sering disebut dengan <I>koeli<P>.

BACA JUGA :   Penjelasan Astronom Terkait Gerhana Matahari Menjelang Lebaran

Hubungan dengan mereka terbatas hanya pada hubungan kerja saja. Namun di era sekarang, <I>culture<P> dan hubungan sosial seperti itu, sudah tidak berlaku lagi.

Bagaimana modernisasi dan transformasi itu dilakukan?

Zaman sudah berubah, ekonomi bisnis juga mengalami perubahan pada era industri 4.0, yang lebih mengandalkan akses jaringan teknologi digital.

Bisnis usaha sektor perkebunan yang digeluti oleh BUMN Perkebunan adalah agrobisnis dengan komoditas kelapa sawit, karet, teh, kopi, tembakau, dan tebu, serta beberapa komoditas lainnya, baik <I>on farm<P> maupun <I>off farm<P>.

Termasuk memasarkan produk serta mengotimalkan areal perkebunan untuk bisnis agrowisata. Kepemimpinan di sebuah kebun masih seperti zaman dahulu, yaitu dipimpin oleh seorang Manajer (Administratur), dibantu Asisten Kepala, dan beberapa Asisten bidang Tanaman, Teknik atau Kantor.

Di era sekarang sudah banyak kita temui seorang Manajer Kebun bahkan seorang Direktur di perusahaan milik pemerintah ini, yang berusia muda, alias kelompok milenial.

Bagaimana peran pemimpin milenial saat ini?

<I>Culture<P> atau budaya yang turun-temurun dari zaman Kolonial sampai sekarang, hampir dapat dipastikan masih melekat dan kental pada semua lini, karena pada setiap masa ada pelaku sejarah dan penerus yang menjadi jembatan penyambung <I>culture<P> antarwaktu.

Model kepemimpinan zaman dahulu lebih mengandalkan <I>power<P> dan kekuasaan, sehingga kolektivitas hanya dapat berfungsi, apabila kekuasaan dan kekerasan kuat.

Hal ini bertujuan agar disiplin kerja dapat dilembagakan sebagai prasarana sistem produksi yang mutlak.

Tentunya model kepemimpinan ini tidak tepat lagi apabila diterapkan pada era sekarang. Demikian pula sebaliknya, apabila pemimpin di perkebunan sudah beralih ke generasi milenial, maka gaya kepemimpinan milenial yang cenderung lebih agresif dan inovatif, serta berbasis digital belum tentu dapat dengan mudah diterima oleh lapisan pekerja di sektor perkebunan yang sudah cukup lama dalam budaya kerja di bawah tekanan.

Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) atau pekerja/buruh di Perusahaan Perkebunan di era Revolusi Industri 4.0 memerlukan model pendekatan gabungan antara kepemimpinan gaya lama dengan kepemimpinan gaya milenial.

BACA JUGA :   Setelah Dilaporkan Oleh YARA Langsa: Palsukan Dokumen Nasabah, Oknum Pegawai BSI Ditangkap Polres Aceh Timur

Mengapa Demikian?

Hal ini juga dikarenakan terdapat dua kelompok usia pekerja/buruh di sektor perkebunan, yaitu pekerja yang sudah cukup lama bekerja dan pekerja yang baru saja bergabung melalui sistem perekrutan.

Dengan penggabungan model kepemimpian tersebut, tentu akan dapat diterima oleh seluruh lapisan pekerja, karena pekerja yang lama sudah terbiasa dengan power dan kekerasan dari pimpinan.

Sementara pekerja yang baru dapat dengan mudah mengikuti gaya kepemimpinan milenial, karena memang usianya masuk dalam usia milenial.

Dalam proses selanjutnya pekerja yang sudah cukup lama bekerja di perusahaan pekebunan perlahan-lahan akan mengetahui dan mengikuti, bagaimana model kepemimpinan milenial.

Demikian pula pekerja milenial yang baru bergabung di perusahaan akan bisa menjadi pekerja yang disiplin dan memiliki loyalitas tinggi terhadap perusahaan, ketika mengalami tekanan power dan kekerasan dari gaya kepemimpinan model lama.

Bagaimana sikap buruh atau pekerja perkebunan?

Pada era milenial saat ini sudah banyak menduduki jabatan di BUMN Sektor Perkebunan, mulai dari jabatan Direksi, Kepala Divisi, Kepala Bagian, Manajer, Kepala Sub Bagian.

Mereka merupakan pemimpin masa depan yang akan meneruskan tali estafet dari kepemimpinan sebelumnya.

Para pekerja atau buruh di BUMN Perkebunan pada dasarnya merupakan pekerja yang taat, patuh, loyal dan memiliki integritas yang tinggi, maka hal ini akan menjadi kekuatan tersendiri, manakala pimpinan-pimpinan yang ada di BUMN Perkebunan, memiliki sikap dan perilaku yang adil, amanah, beradab dan humanis.

Hal ini sejalan dengan ajakan Erick Thohir (Menteri BUMN) yang mengingatkan, agar anak buahnya terus bekerja berdasarkan AKHLAK (Amanah, Kompetensi, Harmonis, Loyalitas, Adaptif dan Kolaborasi). Sikap ini tentunya akan menjadi menjadi kekuatan bagi kemajuan BUMN Perkebunan. ()

Biodata

Dr Budiyono SH MH
Ketua Umum FSPBUN IX TT- PTPN IX Jawa Tengah

Pendidikan :

– 2003 Undaris Ungaran
– 2009 Magister Hukum Universitas Diponegoro Semarang
– 2020 Doktor Ilmu Hukum Unissula Semarang

Pekerjaan :

– Kepala Bagian Operasional PTPN IX Tanaman Tahunan
– Profesi Advokat/Ahli Hukum Kontrak Pengadaan

Organisasi :

– Direktur Eksekutif LBH Perkebunan Jakarta
– Ketua Pimda 294 Tapak Suci Kabupaten Semarang