Petakan Corona, Aceh Cari 25 Ribu Alat Rapid Test untuk Warganya

oleh -167.579 views
oleh

BANDA ACEH- Untuk melakukan pemetaan penyebaran virus corona di Aceh, Pemerintah Aceh kini sedang mengupayakan pengadaan alat rapid test, yang diperuntukkan bagi masyarakat sebanyak 25 ribu unit.

Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, mengatakan sejauh ini, alat rapid test dari pemerintah pusat baru dilakukan sebanyak 2400 yang khusus diperuntukkan bagi tenaga medis dan pasien yang terindikasi terpapar virus corona.

Untuk itu, pihaknya tengah mengupayakan alat rapid test, ke pemerintah pusat maupun ke distributor pembuatnya. “Kita berusaha sampai 25 ribu sampai 30 ribu alat rapid test. Begitu ada dapat alatnya. Langsung kita sebarkan ke seluruh Aceh,” ujar Nova, Kamis, 9 April 2020.

Hanya saja alat rapid test itu, lanjut Nova, tidak bisa dijadikan patokan untuk menyebut pasien positif atau negatif corona. Sebab, harus dilakukan uji swab, untuk menentukan hasilnya. Intinya, kata dia, alat rapid test itu, hanya dipergunakan untuk pemetaan penyebaran virus corona di Aceh.

“Hasil rapid test untuk pemetaan. Jadi dia hasilnya tidak final, jadi kita tes lagi dengan test swab,” ujarnya.

Sejauh ini, di Aceh sudah ada dua laboratorium PCR untuk bisa pemeriksaan test swab. Namun, kendalanya di reagen (cairan kimia untuk tes virus) belum ada. Sehingga dua laboratorium itu belum berfungsi.

Untuk mendapatkan reagen, kata Nova, harus di pesan ke Jerman. Atau ke distributornya yang ada di Jakarta. Namun, tetap harus menunggu untuk mendapatkannya. Pihaknya juga sudah melakukan jalur lain, untuk bisa mendapatkan reagen tersebut, termasuk menjejaki perusahaan di luar tata niaga Pemerintah Pusat.

“Reagen, sangat terbatas. Semua cara uda kita usahakan untuk mendapatkan itu. Jika ada di luar jalur tata niaga pemerintah, ya akan kita lakukan sepanjang harganya wajar dan masuk ke dalam skema harga pemerintah,” kata Nova.

Sejauh ini, pasien positif corona di Aceh tinggal satu orang dari lima yang dinyatakan positif. Tiga di antaranya sembuh dan satu pasien meninggal dunia. Namun, warga yang berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) terus meningkat, seiring banyaknya warga Aceh yang pulang kampung dari daerah yang terjangkit corona maupun luar negeri.(red)