Beijing | Realitas – Para ahli hak asasi manusia PBB menyerukan agar China menutup “kamp pendidikan ulang”, yang diduga bertujuan politik terhadap komunitas Muslim Uighur.
PBB juga menyerukan kepada Beijing agar segera membebaskan mereka yang ditahan atas alasan “melawan terorisme”.
Komite PBB untuk Penghapusan Diskriminasi Rasial menyebut, perkiraan bahwa “dari puluhan ribu hingga satu juta orang Uighur” kemungkinan ditahan di provinsi Xinjiang.
Dikutip dari The Guardian pada Jumat (31/8/2018), beragam temuan tersebut diterbitkan setelah peninjauan dua hari di China, di mana merupakan lanjutan studi serupa pada 2009 silam.
Para ahli independen mengatakan selama peninjauan, bahwa panel telah menerima banyak laporan yang dapat dipercaya, tentang satu juta etnis Uighur yang ditahan, dalam apa yang menyerupai “kamp interniran besar yang diselimuti rahasia”.
Mantan tahanan yang berbicara kepada kantor berita Associated Press menggambarkan kamp interniran tersebut sebagai fasilitas yang diawasi oleh penjaga bersenjata, di mana komunitas Muslim Uighur dipaksa mengingkari keyakinan agama mereka, mengkritik diri mereka sendiri, dan “mencintai sepenuh hati” partai Komunis yang berkuasa.
Di lain pihak, kementerian luar negeri China menolak tuduhan tersebut, mengatakan pasukan anti-Beijing berada di belakang kecaman terhadap kebijakan di Xinjiang.
China menyangkal adanya kamp-kamp interniran seperti itu, dan berdalih para penjahat yang terlibat pelanggaran kecil dikirim ke “pusat pendidikan dan pelatihan kerja”.
“Argumen bahwa ‘sejuta orang Uighurs ditahan di pusat-pusat pendidikan ulang’ sama sekali tidak benar,” kata Hu Lianhe, perwakilan China di hadapan sidang Komite PBB tentang Penghapusan Diskriminasi Rasial di Jenewa, bulan ini.
China mengatakan bahwa provinsi Xinjiang menghadapi ancaman serius dari militan Islam dan kelompok separatis, yang merencanakan serangan dan menimbulkan ketegangan antara minoritas Uighur yang kebanyakan Muslim dan etnis Han yang menjadi penduduk mayoritas. (lp6/iqbal)