Pemindahan Pedagang Pasar Inpres Ke Pasar Rakyat Makin Rumit/Buntu

oleh -136.579 views
oleh

ACEH SELATAN-REALITAS:Upaya Pemkab Aceh Selatan, memindahkan para pedagang Pasar Inpres berlokasi di belakang komplek terminal bus Gampong Hilir, Tapaktuan ke Pasar Rakyat di komplek Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Merah, kelihatannya semakin rumit dan alias buntu jalan keluarnya.

Pasalnya, pihak Disperindagkop UKM yang bertanggungjawab dalam pemindahan tersebut, terindikasi melakukan pemaksaan kehendak dengan cara bernegosiasi dengan oknum warga yang mengaku pedagang.

Akibatnya, para pedagang menjadi berang (marah-red), karena oknum pedagang gadungan itu, menyatakan bersedia pindah dengan cara membuat pernyataan fiktif, sehingga menjadi alasan kuat bagi pihak Disperindagkop UKM, menggusur pedagang di Pasar Inpres.

“Padagang gadungan yang disebut cuak berinitial B alias P itu, telah tiga tahun tak berjualan lagi di Pasar Inpres,”ungkap Sarbunis kepada Wartawan di Tapaktuan, Rabu (21/3/2018).

Direktur Eksekutif LSM Yayasan Gampong Hutan Lestari (YGHL) yang mendampingi pedagang itu mengaku, pihaknya bersama belasan pedagang lainnya, Rabu siang mengadu kepada Ketua DPRK Aceh Selatan, T.Zulhelmi.

BACA JUGA :  Sudah Dilaporkan Tapi Kasus Ledakan Sumur Minyak Perlak Jalan Ditempat, PPA Minta Ditreskrimsus Polda Aceh Turun Tangan

“Sebab, kita kuawatir dengan munculnya oknum cuak itu, bisa menimbulkan kontak fisik di antara mereka, sehingga kita harus mengantisipasi sejak dini,” ucapnya.

Kedatangan mereka, mendapat sambutan baik dari Adun Jul, panggilan akrab ketua dewan. “Pak Ketua menyarankan kami mengadu ke Polsek, guna menghindari berbagai kemungkinan terburuk,”sebut Arjuna, pedagang yang ikut beraudensi ke ketua dewan.

Sarbunis menyebutkan upaya pemindahan pedagang itu, masih sulit dilaksanakan karena kondisi pasar rakyat, sama sekali tidak mendukung dan persoalan pasar rakyat itu kini masih dalam penyelidikan pihak berwajib.

Selain lokasi kiosnya sempit hanya 2,75 meter persegi, lokasi lingkungannya juga amburadul, karena proyek penataan lingkungan yang dibangun dengan dana tumpang tindih bernilai Rp 2,6 miliar lebih asal jadi.

BACA JUGA :  YLBH Iskandar Muda Aceh: Keputusan Keuchik Di Kabupaten Pidie Tak Berdasar, Bukan Kewenangan Keuchik Mengusulkan Sekretaris PPS

Demikian pula fasilitas pendukung lainnya seperti terminal dan lainnya, termasuk biaya transfortasi mencapai dua kali lipat dari kota ke Batu Merah.

Karenanya, upaya pemindahan ini menjadi dilemmatis bagi pedagang di sana, akibat daya beli masyarakat kian rendah, setelah perekonomian dialami warga makin terpuruk.

“Saat ini saja, konsumsi yang datang ke pasar inpres bisa dihitung dengan jadi, maka otomatis kondisi pasar inpres jadi lengang begini,”ucap Syamsul,45, sedagang tempe kepada Wartawan Rabu pagi kemarin.

Hal serupa disampaikan Maimunah,45, pedagang sayur asal Panton Luas, Kec.Tapaktuan. “Tolong bapak lihat, dagangan saya hanya sedikit terjual, karena konsumen pembeli hanya itu-itu orangnya,”sebutnya sembari mengatakan konsumen tersebut pemilik warung, isteri pejabat dan pegawai negeri.(MR.ZULMAS)