Dinilai Kurang Efektif, Anggota DPRK Sorot OP Bulog Blangpidie

oleh -139.579 views
Blang Pidie | Realitas – Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Barat Daya (DPRK Abdya), menyorot tajam pelaksanaan Operasi Pasar (OP) yang digelar Perum Bulog Sub Divre VI Blangpidie terhadap kondisi harga beras  yang dimulai sejak Senin (15/1/2018) lalu sampai dengan Rabu (31/1/2018) mendatang.
 
Sorotan itu datang dari salah satu Anggota Komisi B DPRK Abdya, Julinardi, Selasa (23/1/2018). Ia  mengatakan, OP yang digelar Bulog kali ini sangat tidak efektif. Pasalnya, OP tersebut hanya terpusat di kota Blangpidie saja.
 
“Memang Blangpidie sebagai pusat kota Kabupaten Abdya, akan tetapi OP tersebut harusnya juga menjangkau delapan kabupaten lainnya di Abdya,” kata Julinardi kepada wartawan.
Politisi Partai Hanura itu mengaku tidak sedikit laporan dan harapan masyarakat yang ia terima terkait masalah OP tersebut.
Terutama sejumlah masyarakat dari Kecamatan Lembah Sabil dan Kecamatan Babahrot yang jarak tempuh ke Kota Blangpidie lumayan jauh , “Terkadang ongkos yang dikeluarkan tidak sebanding dengan harga beras OP yang dibeli ke Blangpdie,” tutur Julinardi mengulang keluhan salah satu warga di Kecamatan Babahrot.
Untuk itu, masyarakat mengharapkan OP juga berlaku untuk sejumlah kecamatan dalam Kabupaten Abdya, bukan hanya di pusat kota kabupaten saja. “Kita berharap pihak Bulog dapat melihat kondisi ril dilapangan saat ini,” tuturnya.
Julinardi juga menyorot dampak nyata dari pelaksanaan OP dimaksud , Menurutnya, hingga saat ini belum menampakkan pengaruh positif dalam menekan harga beras di pasaran , Fatalnya lagi, sistem pengawasan dalam pelaksanaan OP dinilai juga sangat lemah. 
“Siapa bisa jamin beras OP tersebuat semuanya dijual oleh mitra Bulog. Untuk itu, kita minta pengawasannya lebih diperketat,” ujarnya.
 
Mengenai hal itu, Kepala Perum Bulog Sub Divre VI Blangpidie, Elmar Findra yang dikonfirmasi wartawan terpisah, mengakui kalau pelaksanaan OP yang digelar pihaknya, belum menunjukkan pengaruh yang signifikan. “Memang benar harga beras di pasaran masih belum stabil,” sebutnya.
Kata Elmar, untuk OP disejumlah kecamatan belum bisa terlaksana lantaran belum ada mitra Bulog di pusat kota kecamatan-kecamatan yang bersedia menebus beras OP. “Untuk Mitra Bulog masalah beras ini tidak kita batasi, Jika ada yang bersedia di pusat kota Kecamatan, silakan hubungi kami,” pintanya.
Meski pengawasan masih kurang, Elmar berharap semua kalangan dari berbagai unsur yang ada di wilayah jangkauan Perum Bulog Sub Divre VI Blangpidie dapat melakukan pengawasan secara bersama-sama agar tidak ada permainan ditingkat mitra kerja Bulog. “Kami butuh dukungan semua pihak , Mari sama-sama kita sukseskan dan kita awasi bersama,” harapnya.
Disebutkan Elmar, tercatat sebanyak 33 ton beras OP, sudah ditebus mitra pedagang beras Perum Bulog Sub Divre VI Blangpidie. Beras medium yang ditebus itu, kemudian dibersihkan kembali pada usaha penggilingan padi, lalu dijual dalam kegiatan OP, di pasar Blangpidie, dengan harga Rp 8.300 per kilogram (kg).
OP kali ini katanya, tidak lagi melibatkan Perum Bulog secara langsung, melainkan ada tiga mitra Bulog yang mendapat rekomendasi, masing-masing, Kilang Padi (KP) Semangat, berlokasi di Tangan-Tangan 20 ton, UD Sabena Jaya, juga lokasi di Tangan-Tangan 3,3 ton dan UD Munasco, lokasi Padang Baru, Susoh sebanyak 10 ton. 
“Pada tempat beras OP tersebut terpampang spanduk yang bertuliskan `beras operasi pasar’ sehingga mudah dikenali masyarakat,” demikian pungkas Elmar.(Syahrizal)

BACA JUGA :  Komisi III Bidang Hukum Dan Keamanan DPR RI M Nasir Djamil Kunjungi Bea Cukai Langsa